
Penulis: Matt Rey Kartorejo
ADA SEBUAH ungkap bijak. Empat hal yang tidak bisa kembali. Kata yang terucapkan, anak panah yang terlepas dari busurnya, masa lalu, dan peluang yang disia-siakan. Dalam menjalani proses kehidupan, setiap orang pasti akan menemui banyak kesempatan untuk meraih kesuksesan. Peluang memang bukan jaminan seseorang akan menjadi sukses, namun orang yang bisa memanfaatkan kesempatan atau peluang, kelak bisa sukses.
Seperti cerita Tasrin. Pria asal Desa Biwinapada, Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi
Sulawesi Tenggara ini tidak menyia-nyiakan kesempatan. Saat ada peluang untuk penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), ia ikut meski harus rela meninggalkan tanah kelahirannya dan menginjakan kaki di ujung Timur Totabuan.
Anak ke tiga dari lima bersaudara ini sudah berkali-kali ikut CPNS,
namun harapannya kandas.
“Sebelumnya pernah ikut di Kendari, tepatnya di Kolaka Timur, tapi yang dibutuhkan hanya satu orang untuk jurusan antropologi,” ujar Tasrin.
Hai itu tidak membuatnya patah semangat. Dari pengalaman ini, api semangat untuk mengejar asa terus berkobar. Saat mendengar ada penerimaan CPNS di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), ia pun ikut dan akhirnya apa yang menjadi impiannya jadi kenyataan.
“Karena peluang lebih besar di Boltim, sehingga aku ikut CPNS di Boltim. Dan alhamdulillah saya lulus,” ujar Tasrin.
Motivasi pria jurusan antropologi ini ikut CPNS di Timur Bolaang Mongondow, lantaran peluang lulus lebih besar ketimbang di daerah lain.
Sebelum dia memutuskan untuk ikut CPNS di kabupaten Boltim, ia terlebih dahulu mencari informasi dan mengumpulkan data tentang kabupaten-kabupaten mana saja yang membuka formasi CPNS, yang sesuai degan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.
“Setelah itu, saya melakukan analisis dengan menghitung peluang kira-kira di daerah mana peluang lulusnya besar. Dari analisis itu saya putuskan bahwa kabupaten Boltim memiliki peluang besar untuk lulus. Dan pada akhirnya analisis itu terbukti,” tutur pria yang sangat menyukai warna merah ini.

Ketika mengetahui bahwa dirinya lulus CPNS, perasaannya begitu senang. Ia bangga sebab dirinya mampu membuktikan kepada orang-orang bahwa ia bisa dan mampu bersaing.
SUKA DUKA TASRIN SAAT IKUT CPNS
Meraih keinginan ataupun cita-cita bukan hal yang mudah. Perlu pengorbanan untuk bisa mencapainya. Kalau semua yang ada di dunia ini bisa diraih dengan mudah, maka semua orang akan menjadi hebat. Ternyata hidup tak semudah itu, butuh perjuangan dan pengorbanan serta kekuatan untuk pantang menyerah.
Selasa 29 Maret sekira pukul 02.00 Wita, tepatnya di lantai lll Kantor Bupati Boltim, pria asal pulau yang dikenal sebagai satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki cebakan aspal alami ini, terus bertutur. Kata dia, banyak sekali aral yang melintang ketika ia mengikuti tes CPNS. Bertepatan dengan dimulainya pendaftaran CPNS, Tasrin menjalani operasi di Rumah Sakit Siloam Baubau, sehingga saat itu dia sempat ‘down’. Karena teman-temannya sudah mulai mempersiapkan berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran CPNS, sementara ia harus terbaring di rumah sakit selama tiga hari tiga malam.
“Pada saat saya keluar dari rumah sakit dengan kesehatan yang belum seutuhnya pulih, saya lalu-lalang berurusan berkas dengan jalan kaki karena dokter masih melarang untuk mengendarai motor,” ucap Tasrin.
Hal yang lebih parah dialami Tasrin, yaitu dalam pengurusan berkas. Ia terpaksa harus lakukan malam hari karena penerangan di kampungnya hanya pada waktu malam hari. Dan pada saat semua berkas sudah lengkap dan siap untuk mendaftar CPNS, yang menjadi kendala adalah jaringan internet yang tidak mendukung. Terpaksa dalam waktu beberapa malam, Tasrin harus berjalan kaki sejauh 1 kilometer untuk mencari jaringan yang bagus agar segera mendaftar CPNS di Boltim.
“Setelah semua proses pendaftaran selesai, kemudian saya kembali terbaring di rumah sakit untuk dirawat,” ungkap pria kelahiran 14 Februari 1994 ini.

Prosesi tes CPNS, baik tahapan SKB maupun SKD, Tasrin harus menempuh perjalan tiga hari tiga malam untuk sampai di Manado yang menjadi lokasi tes. Dan hal yang paling dikhawatirkan oleh keluarga, khusunya sang ibu, selain kesehatan yang belum seutuhnya pulih, di sisi lain tidak ada keluarga dan orang yang dia kenal di kota Manado. Untuk penunjuk jalan, dia hanya mengandalkan google maps.
“Saya masih buta daerah Sulawesi Utara, khususnya kota Manado. Yang menjadi petunjuk jalan selama mengikuti CPNS adalah google maps,” kata Tasrin.
SIAP JADI WARGA BOLTIM
Setalah harapan yang selama ini ia impikan tercapai, Tasrin mengatakan jika dirinya siap menjadi warga Boltim. Komitmen ini ia sampaikan dengan penuh keyakinan.
Untuk gaji pertama, kata Tasrin akan ia persembahkan buat sang ibunda tercinta.
“Setelah jadi PNS, gaji pertama saya, akan dipersembahkan kepada sang ibu dan saya siap tinggal di Boltim,” ucap pria yang doyan makanan khas Buton seperti kasuami dan ikan bakar ini. (*)