Feature

Kopi Nikmat Dalam Hangat Rumah Wakil Rakyat

Penulis: Muhamat Kartorejo

MINGGU, 16 Oktober 2022, kaki Gunung Tongsile mulai diselimuti awan hitam. Itu isyarat, desa Kotabunan dan Bulawan Bersatu akan turun hujan. Seperti biasanya hujan akan turun sekitar pukul 14.00 Wita.

Aku duduk di dapur rumah sambil mengutak-atik handphone. Temanku, Juma tiba-tiba muncul di depanku dan berkata kalau kita akan ke rumah salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Desa Bulawan Satu, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Tak lama berselang, lelaki yang berprofesi sebagai pewarta ini kembali ke rumahnya untuk bersiap-siap.

Sejenak menghabiskan sebatang rokok, kemudian kubergegas mengambil perlengkapan mandi. Pilihannya mandi di sumur kecil yang terdapat di belakang dapurku, sebab hari itu air PDAM macet. Tak tahu apa penyebab air dari pipa pemerintah itu sampai macet. Pokoknya sudah sehari air tak jalan.

Akibat air tak lancar, warga desa Bulawan Bersatu sangat kesulitan mencari air bersih.

Sumur kecil di belakang rumah yang di pakai untuk mandi.

Usai membersihkan badan, aku kemudian masuk ke kamar dan ganti pakaian. Beberapa menit berselang, langsung bergegas menuju rumah anggota DPRD, Samsudin Dama yang akrab disapa Sadam, menggunakan sepeda motor Yamaha Fino 125.

Sampai di sana, coba bertanya ke salah satu remaja yang berada tepat di depan rumah Sadam.

“Papa Caca (Sadam) ada?”

Ia menjawab kalau Samsudin Dama lagi keluar. Aku kemudian pergi ke rumah Mikdat Ligawa, di Desa Kotabunan. Ternyata teman-teman yang lain sudah berada di tempat itu.

Mikdat menyuruh Juma untuk menghubungi Sadam. Saat ditelepon, Samsudin sudah menuju ke kediamannya.

“Somo sampe rumah ini,” ujar Sadam di balik handphone.

Mendengar jawaban Samsudin, kami langsung beranjak dan menuju ke rumah anggota DPRD Boltim itu.

Sesampai di kediaman Samsudin, kami masuk ke dalam lewat pintu belakang. Duduk di samping dapur yang sudah tersedia meja dan sofa.
Alasan kami masuk lewat belakang lantaran rumah Sadam lagi direnovasi. Takutnya mengganggu para tukang yang lagi bekerja.

Saat berbincang ringan, Istri Samsudin yang biasa kami sapa Mama Caca, asyik menggendong anak Gazali Ligawa. Ia pun meminta Dio untuk membuat kopi. Sepertinya Dio ini peracik kopi terbaik.

“Yo, bekeng kopi,” tutur Mama Caca. Dio langsung ke dapur dan meracik kopi Pinogu.

Sambil menunggu kopi organik yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo itu, kami menikmati sepiring gorengan. Pisang goreng buatan Ika Tungkagi itu sangat memanjakan lidah. Meski yang tersaji hanya sepiring pisang goreng, namun kesannya sangat istimewa. Lebih istimewa dari apapun, apalagi dinikmati di wisma wakil rakyat.

Sekira pukul 12.19 Wita, satu ketel kopi Pinogu yang dinanti-nantikan tersaji di atas meja. Kami mengambil gelas dan mencoba kopi buatan Dio itu.

Setengah jam berlalu, kopi Pinogu masih tersisa. Kami terus menikmatinya. Sadam keluar dan bergabung dengan kami. Sedikit bertutur, wakil rakyat itu masuk lagi ke dalam rumah. Sepertinya hari itu ia sibuk sebab akan berangkat ke kota Bandung.

Mikdat yang duduk tepat di hadapan ku mulai bercerita. Topik yang ia bicarakan tentang keberangkatan Samsudin Dama ke Bandung. Ia juga bicara soal kegiatan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang tidak lama lagi akan digelar di Manado oleh PWI Sulut.

Mikdat yang terus bercerita, sesekali terkekeh. Juma yang berada di sampingnya ikut tertawa juga. Aku, Dio, Gazali dan Gafur juga ikut tersenyum.

Sadam yang sudah siap berangkat ke kota Bandung, akhirnya berpamitan. Dua bungkus rokok ia berikan kepada kami. Sadam juga menanyakan tentang jadwal pelaksanaan UKW.

Tak lama berbincang, Sadam pun pergi.

Sebelum wakil rakyat ini bertolak, kami menyempatkan diri mengabadikan momen di hari Minggu itu. Setelah anggota DPRD Boltim dua periode itu berangkat, tak lama kemudian kami beranjak dari tempat duduk dan kembali ke rumah masing-masing dengan penuh bahagia.

Kebahagian itu kami rasakan sebab hubungan teman-teman dalam Komunitas Momais semakin solid. Ada sejumlah hal penting yang kami bahas. Untuk komunitas, untuk gerakan literasi di Bolaang Mongondow Timur, dan untuk daerah Boltim tercinta.

Hal lain yang membahagiakan, kehadiran komunitas penulis Tanah Totabuan di rumah anggota DPRD itu mendapat sambutan hangat.

Kisah ini mungkin hanya sekedar cerita biasa. Tapi bagi kami, ada sesuatu yang penting di dalamnya. Ada pesan, ketika menjalin hubungan persahabatan, susah senang dan dalam keadaan apapun harus dijalani bersama.

Hubungan persahabatan itu layaknya kopi, pahit manis diaduk sehingga melebur menjadi satu. Meski terkadang rasanya pahit, tetapi ada kenikmatan di setiap teguknya. (*)

 

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button