Cerita Bocah 9 Tahun yang Tulus Merawat Kucing Sampai Besar

Oleh: Matt Rey Kartorejo
Lin Sholihin (45 tahun) merupakan lelaki yang sangat menyayangi kucing. Pria yang akrab disapa Appa ini, begitu peduli dengan kucing. Menurutnya, kucing bagian dari pintu amal dan pintu sedekah.
“Kucing itu bagian dari pintu amal dan pintu sedekah. Kita gak tau, kebaikan mana yang akan mengantarkan kita ke surga. Gak ada yang tahu kalo ternyata dari hal-hal kecil seperti ini yang kita lakukan dengan konsisten. Untuk peduli ke kucing harus dari hati.” kata pria asal Bogor ini, dikutip dari beramaljariyah.org.
Kepedulian Lin Sholihin terhadap kucing, identik dengan perhatian Misel Virginia Kartorejo terhadap Muezza, kucing peliharaannya.
Hewan bermata tajam ini Misel pelihara di rumahnya tepatnya di Desa Bulawan, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Muezza mempunyai bulu yang indah. Hitam putih warnanya. Ia memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa. Misel memelihara Kucing betina ini, layaknya menyayangi keluarga sendiri. Jika bersama Muezza, ia selalu merasa bahagia.
Hewan peliharaannya ini termasuk salah satu yang memiliki bulu yang indah dan wajah yang lucu.
Setiap hari Misel mengambil dan merawat Muezza dengan baik. Bocah 9 tahun ini kerap memberi makan dan menyelimutinya agar tidak kedinginan.
Muezza bukan hanya sebagai hewan peliharaan, tapi Kucing ini adalah penghibur dan sesosok teman.
Ketika Misel mau keluar rumah, ia selalu ingat sama Muezza. Misel khawatir, di rumah Ibunya sibuk, takutnya kucingnya itu lupa dikasih makan sehingga Misel sering cepat pulang rumah.
“Kalu Iceng mo pigi bermain, Iceng jaga dapa inga pa Muezza. Jadi Iceng capat-capat pulang ka rumah,” ucap bocah yang akrab disapa Iceng ini dengan logat kental Manado.
Bagi Misel, Muezza adalah penghibur.
Terkadang Misel menangis ketika melihat Muezza hanya diam. Ia takut jika Muezza sakit.
Misel tak mau kehilangan kucingnya, sebab Muezza bukan hanya sebagai hewan peliharaan, namun ia adalah penghibur dan sesosok teman.
Kucingnya ini ia dapat dari tantenya, Meri Dama di Desa Bulawan Satu.
Saat dibawa ke rumah, ia mulai merawatnya. Misel sangat menyayangi hewan paling dekat dengan manusia ini.
Suatu ketika, Muezza baru berumur enam bulan sedang bermain di dapur.
Saat ibu Misel pergi ke dapur ia tidak melihat Muezza dan tanpa sengaja, Ibu Misel menginjak anak kucing yang berbulu hitam putih itu sampai tidak bergerak.
Misel yang mendengar suara teriakan kesakitannya langsung berlari melihat anak kucing yang tergeletak tidak berdaya. Air mata tak dapat dibendung. Ia menangis tersedu-sedu saat melihat kepala Muezza terkulai lemas, seluruh kakinya meregang kesakitan.
Muezza yang tergolek tidak berdaya diberi minyak di sekujur tubuhnya lalu dibalut dengan kain. Ia menjaga sampai kucing kesayangannya itu tertidur.
Sekitar empat hari Muezza baru sembuh. Misel pun mulai tersenyum bahagia.
Kasih sayang Misel terhadap kucing begitu besar hingga setiap kali tidur ia selalu mengigau menyebut nama Muezza.
Kucing yang ia pelihara sejak kecil dengan penuh kasih sayang ini sekarang telah besar dan sudah tiga kali melahirkan. (*)